Kamis, 11 Oktober 2012


SEMANGAT DALAM KEGELAPAN
Hidup jauh dari orang tua memang sulit, apalagi anak berusia 7 tahun. Ya, itulah yang dialami oleh seorang bocah yang bernama Aras. Keinginannya untuk bersekolah sangat besar, ia tak peduli mau jauh ataupun dekat dengan orang tua, harus tetap bersekolah. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Namun ia kurang beruntung. Ia adalah seorang tunanetra (Low Visioan). Aras tak pernah menyangka hidupnya akan seperti ini, ia mengalaminya sejak berumur tiga tahun.
Aras akan tinggal di asrama sekolah, dimana ia harus pandai-pandai beradaptasi dengan lingkungannya.  Selain karena ia baru berusia tujuh tahun juga ia baru pertama kalinya ditinggal oleh orang tua dan bersama orang lain yang tidak pernah dikenal sebelumnya.
Pagi-pagi Aras telah bersiap untuk berangkat ke sekolah barunya. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), disinilah ia bersekolah. Sekolah bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Di sekolah ini tidak hanya untuk tuna netra tapi juga ada tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa dan lambat belajar.
***
Aras dan Ibunya dalam perjalanan menuju sekolah. Mereka bercakap-cakap tentang kesiapan anaknya untuk hidup jauh dari keluarga.
“Aras gimana, kamu sudah siap untuk bersekolah ?”, tanya ibunya. “Ya ibu, aku siap”, jawab Aras. “Bararti, kamu juga siap dong untuk ditinggal ibu ?”. “Itu pasti bu”, kata Aras dengan semangat.
Sesampai di sekolah, mereka terlebih dahulu menemui kepala sekolah yang bernama Ibu Annisa.
“Assalamu ‘Alaikum, Bu”, Aras dan ibunya bmengucapkan salam. “Wa’alaikumsalam, silahkan duduk bu, nak”, kata ibu Annisa. “Terimakasih”. Mereka duduk berhadapan, membicarakan bagaimana Aras kedepannya. “Bu, kami menyediakan asrama bagi anak-anak yang rumahnya jauh dari sini, kami jamin anak ibu akan betah tinggal disini.”, terang Ibu Annisa. “Ya, saya percaya, makanya saya membawa anak saya ke sini”, ujar Ibu Aras.
“Silahkan, saya antar anak ibu ke kelasnya”.
Hari ini adalah hari pertama Aras masuk sekolah. Di dalam kelas ia berkenalan dengan seseorang yang kedengarannya usianya lebih tua darinya. Setelah bercakap dan bertanya satu sama lain, Aras mengetahui temannya yang satu ini, namanya Rahman. Rahman mulai bersekolah dengan usia 12 tahun. Sangat tua untuk ukuran anak sekolah dasar.
Aras dan Rahman tinggal di asrama sekolah. Kadang juga mereka tinggal di rumah Ibu Annisa jika penjaga asrama tidak ada.
Ibu Annisa mempunyai seorang anak perempuan dan laki-laki yang seumuran dengan Aras. Lala dan Zaky namanya. Sebelum kedatangan Aras, kedua anak ini orangnya baik, tapi semenjak kedatangan Aras mereka jahat. Mereka jahat kepada Aras karena ibunya selalu memuji, membanding-bandingkan Aras dengan keduanya. Aras orangnya beginilah, begitulah, mereka sangat kesal kepada Aras. Tiada kata tanpa Aras yang disebut oleh ibunya.
“Hei, mentang-mentang kamu pintar, rajin, jangan seenaknya kamu mengambil hati ibuku ya”, kata Lala dengan sinis.
“Saya tidak pernah berpikir ataupun berniat untuk ngelakuin itu kepada kamu” bela Aras.
“Walaupun kamu tidak berpikir maupun berniat seperti itu, tapi itu kenyataan”, kata Lala lagi sambil menjauh dari Aras.
***
Sudah lima tahun Aras tinggal di rumah Ibu Annisa, ia merasa tersiksa oleh kedua anak Ibu Annisa, tapi ia selalu bersabar demi menggapai cita-citanya.
Rahman selalu memberi semangat kepada Aras, “Kata Walter P. Chrysler, Rahasia sukses sebenarnya adalah semangat, jadi tetaplah kamu semangat  walaupun dunia menertawakanmu” nasihat Rahman.
Aras mencamkan semua kata-kata yang didengar dari Rahman.
“Aras....., cepat kesini,” perintah Lala. Aras dengan sigap menyimpan buku-bukunya.
“Lama banget sih, kamu belajar lagi ? Apa kamu nggak bosan dengan buku-buku itu ?”.
“Ini buku yang bagus, buku ini memberikan motivasi kepada saya untuk selalu tetap bersemangat, berisi motivasi-motivasi dari para motivator, apa kamu mau meminjamnya ?”.
“Gimana sih kamu, aku kan nggak ngerti tulisan itu, apa kamu menghina aku?”, ketus Lala kesal.
“Maafkan saya, saya tidak bermaksud menghina kamu, baiklah kalau begitu saya akan membacakannya untukmu”, sambil membuka kembali bukunya.
Menginginkan yang pasti,tapi tak tahu apa yang harus kau lakukan. Engkau tahu kau harus lakukan sesuatu, tapi tak ada jaminan masalahmu tak akan lebih memburuk. Ragu atau yakin, pasti atau tidak, tetapi bertindak dengan niat memperbaiki keadaan, adalah tetap yang terbaik. Salah saat mencoba yang baik, adalah lebih mulia, daripada salah karena tak melakukan apa pun, oleh Mario Teguh. Satu lagi dari beliau yaitu bagaimana cara belajar yang baik? Mental kita itu juga seperti otot tangan atau kaki. Jika terlatih dengan baik, otot kita menjadi kuat, cepat, dan bisa bertahan lama. Mental yang jarang digunakan, memang akan melemah, dan mengutamakan istirahat. Yang penting, bukan kerasnya upaya belajar.”
“Aahh, sudah, sudah, makin lama makin  panas nih kuping dengar ocehanmu”, kata Lala sambil memonyongkan mulutnya.
“Kamu di sini tuh numpang, jangan mentang-mentang kamu BUTA, kamu seenaknya saja, duduk santai, makan gratis, tidur gratis, semuanya serba gratis trus kamu nggak ngapa-ngapain, cepat kamu nyapu sana, terserah gimana cara kamu agar semua ruangan di rumah ini bersih, kamu kan pintar jadi kamu tau dong gimana caranya”, perintah Lala. Kemudian Zaky datang dengan membawa sapu untuk Aras dan melemparkannya ke Aras.
“Baik, saya tau diri kok, saya numpang di rumah orang, jadi tidak seharusnya saya nyantai dan merepotkan”, dengan suara lemah Aras berdiri dari tempatnya dan meraba dimana sapu tadi yang dilempar oleh Zaky.
“Baguslah kalau kamu tau diri, tapi ingat, jangan laporkan kejadian ini ke ibu saya,” kata Zaky.
“Baik”, jawab Aras.
***
“Baiklah kita mulai pelajaran hari ini dengan pelajaran IPA, sebelum melanjutkannya, saya akan bertanya pelajaran kita minggu lalu, bagaimana cara semut berkomunikasi dengan sesamanya ?, ayo, siapa yang bisa menjawab ?”
“Saya bu guru”, Aras mengangkat tangannya.
“Ok, Aras, silahkan”, perintah ibu guru.
“Semut memiliki dua buah antena di kepalanya. Antena digunakan untuk menyentuh, membau, dan merasakan getaran bunyi. Semut berinteraksi dengan sesamanya menggunakan sentuhan antena. Semut juga bisa berkomunikasi dengan semut lain melalui bau.” jawab Aras dengan cepat.
“Jawaban yang sangat bagus, seratus buat kamu”, kata ibu guru menilai jawaban Aras.
“Semuanya, buka bukunya, kita lanjutkan pelajaran kemarin”.
***
Waktu istirahat Aras memanfaatkannya dengan membaca buku motivasi untuk membangkitkan semangatnya kembali, walau badai menerpa, petir menyambar ia tetap bersemangat.
Hasil yang paling berharga dari semua jenis pendidikan adalah kemampuan untuk membuat diri kita melakukan sesuatu yang harus kita lakukan, pada saat hal itu harus dilakukan, baik kita menyukainya maupun tidak. Ini adalah pelajaran pertama yang harus dipelajari, dan semua apa pun seseorang mulai belajar, pelajaran ini mungkin pelajaran terakhir yang sungguh-sungguh dapat ia kuasai. (Thomas Huxley).
Pendidikan bukanlah sesuatu yang diperoleh seseorang,tapi pendidikan adalah sebuah proses seumur hidup. (Gloria Steinem).
Yang hebat didunia ini bukanlah tempat dimana kita berada.Melainkan arah yang kita tuju. (Oliver Wendell Holmes)
Arah yang diberikan pendidikan untuk mengawali hidup seseorang akan menentukan masa depannya. (Plato)
Beberapa bulan lagi Aras akan mengikuti ujian akhir sekolah, ini pertanda baik baginya. Pertama, ia akan melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi. Kedua, Aras tidak akan tersiksa lagi oleh kedua anak Ibu Annisa. Walaupun begitu, Aras tidak pernah dendam terhadap keduanya. Tak terasa sudah enam tahun jauh dari orang tua. Aras jadi kangen berkumpul sama keluarganya lagi, tapi ia harus bersabar, semuanya butuh proses. Sesuatu yang kita kerjakan bukan hasil akhirnya yang dinilai tapi bagaimana proses untuk mencapai hasil akhir. Meskipun hasil akhirnya kurang menyenagkan, tapi kita sudah berusaha semaksimal mungkin.
***
Aras harus belajar lebih giat lagi untuk mendapatkan nilai yang memuaskan diakhir ujian nanti. Ia tidak menyia nyiakan waktu luangnya, ia memanfaatkannya sebaik mungkin. Tidak seperti anak-anak lainnya, yang kerjaanya main terus. Tidak memikirkan bagaimana mereka kedepannya.
Aras baru saja ingin belajar, tapi Lala dan Zaky memanggilnya. “Aaraass, kemari kau” teriak Zaky.
“Ya, ada apa ?, ada yang bisa saya bantu?” Aras menawari dirinya.
“Cepat kerjakan PR saya, semuanya harus benar dan kalau ada yang salah kamu mendapat hukuman dari saya dan Lala, INGAT kerjakan dengan benar”, perintah Zaky.
“Maaf, saya nggak bisa baca buku kamu, saya Cuma bisa baca huruf braille”.
“Ok, saya yang membacakannya kamu beri tahu jawabannya”.
“Dengar baik-baik, nomor satu, untuk melestarikan jenisnya, makhluk hidup berkembang biak. Berkembang biak berarti .....”, Zaky membacakan pertanyaan.

“Bertambah banyak”, jawab Aras.
Begitulah cara Aras menjalankan tugas yang diberikan oleh Zaky. Zaky membaca pertanyaan, Aras yang menjawabnya.
***
Ujian akhir sekolah pun tiba, Aras telah menyiapkan dirinya dengan matang. Dengan mudahnya ia menjawab soal, tak ada yang sulit baginya. Ia pun sangat optimis akan lulus ujian dan ingin melanjutkan pendidikannya di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Pengumuman kelulusan pun tiba. Aras sangat bersyukur karena ia lulus. Betul kata Walter P. Chrysler “Rahasia sukses sebenarnya adalah SEMANGAT”.
Aras sangat senang dan berterimakasih kepada Ibu Annisa karena sudah diberi tempat tinggal selain di asrama sekolah. Ibu Annisa pun turut senang mendengar dan melihat anak didiknya berhasil dan dengan semangatnya ia akan melanjutkan sekolahnya.
Lala dan Zaky mulai sadar bahwa yang mereka lakukan selama ini tak ada gunanya. Malah memberikan dampak yang tidak nyaman bagi Aras. Mereka berdua pun meminta maaf satu sama lain.
“Aras, maafkan aku ya, aku telah menyiksa batinmu”, ujar Zaky.
“Aku juga Ras minta maaf atas perlakuan kasar aku ke kamu”, Lala juga menyatakan penyesalannya.
“Ahhh, itu tidak masalah dan tidak sebanding apa yang kalian berikan kepada saya, keluarga kalian ikhlas menampung saya, memberi makan, tempat tidur nyaman dan fasilitas-fasilitas lainnya, terima kasih atas semua yang kalian berikan kepada saya”.
Mereka saling berpelukan dan saling memaafkan. Lala dan Zaky sedih karena sebentar lagi Aras akan pergi meninggalkan rumahnya dan tentu saja mereka berdua.
***
“Assalamu ‘alaikum”, seseorang dari luar mengucapkan salam. Sepertinya Aras mengenal suara itu. Aras melangkah dengan ringan menuju pintu dan ternyata yang datang adalah ibunya. Aras dijemput oleh ibunya. Ia akan ke rumahnya yang telah lama ditinggalkannya.
“Wa’alaikumsalam”, jawab Aras. “Silahkan masuk bu”.
“Terimakasih, bagaimana kabarmu nak ?”
“Alhamdulillah, Aras baik-baik saja”.
“Bagaimana dengan ibu, apa ibu baik-baik saja ?’
“Ya, Alhamdulillah, ibu juga baik”.
Ibu Annisa datang ditengah obrolan kedua ibu anak ini. Ibu Annisa menyambut ibu Aras dengan hangat.
“Ibu Annisa, kami sekeluarga sangat berterima kasih kepada ibu yang telah mendidik anak kami, tanpa ibu anak saya tidak ada apa-apanya di dunia ini selain seorang tunanetra yang tidak dapat berbuat apa-apa”, kata ibu Aras.
“Wah ibu, jangan terlalu berlebihan seperti itu, itu sudah menjadi tugas kami sebagai seorang guru, mendidik anak dengan baik khususnya anak-anak berkebutuhan khusus seperti anak ibu”.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar