SEMANGAT
DALAM KEGELAPAN
Hidup
jauh dari orang tua memang sulit, apalagi anak berusia 7 tahun. Ya, itulah yang
dialami oleh seorang bocah yang bernama Aras. Keinginannya untuk bersekolah
sangat besar, ia tak peduli mau jauh ataupun dekat dengan orang tua, harus
tetap bersekolah. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Namun ia kurang
beruntung. Ia adalah seorang tunanetra (Low Visioan). Aras tak pernah menyangka hidupnya akan
seperti ini, ia mengalaminya sejak berumur tiga tahun.
Aras akan tinggal di asrama sekolah, dimana ia
harus pandai-pandai beradaptasi dengan lingkungannya. Selain karena ia baru berusia tujuh tahun
juga ia baru pertama kalinya ditinggal oleh orang tua dan bersama orang lain
yang tidak pernah dikenal sebelumnya.
Pagi-pagi Aras telah bersiap untuk berangkat ke
sekolah barunya. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), disinilah ia bersekolah.
Sekolah bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Di sekolah ini tidak hanya
untuk tuna netra tapi juga ada tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa dan lambat
belajar.
***
Aras dan Ibunya dalam perjalanan menuju sekolah.
Mereka bercakap-cakap tentang kesiapan anaknya untuk hidup jauh dari keluarga.
“Aras gimana, kamu sudah siap untuk bersekolah ?”,
tanya ibunya. “Ya ibu, aku siap”, jawab Aras. “Bararti, kamu juga siap dong
untuk ditinggal ibu ?”. “Itu pasti bu”, kata Aras dengan semangat.
Sesampai di sekolah, mereka terlebih dahulu menemui
kepala sekolah yang bernama Ibu Annisa.
“Assalamu ‘Alaikum, Bu”, Aras dan ibunya
bmengucapkan salam. “Wa’alaikumsalam, silahkan duduk bu, nak”, kata ibu Annisa.
“Terimakasih”. Mereka duduk berhadapan, membicarakan bagaimana Aras kedepannya.
“Bu, kami menyediakan asrama bagi anak-anak yang rumahnya jauh dari sini, kami
jamin anak ibu akan betah tinggal disini.”, terang Ibu Annisa. “Ya, saya
percaya, makanya saya membawa anak saya ke sini”, ujar Ibu Aras.
“Silahkan, saya antar anak ibu ke kelasnya”.
Hari ini adalah hari pertama Aras masuk sekolah. Di
dalam kelas ia berkenalan dengan seseorang yang kedengarannya usianya lebih tua
darinya. Setelah bercakap dan bertanya satu sama lain, Aras mengetahui temannya
yang satu ini, namanya Rahman. Rahman mulai bersekolah dengan usia 12 tahun. Sangat
tua untuk ukuran anak sekolah dasar.
Aras dan Rahman tinggal di asrama sekolah. Kadang
juga mereka tinggal di rumah Ibu Annisa jika penjaga asrama tidak ada.
Ibu Annisa mempunyai seorang anak perempuan dan
laki-laki yang seumuran dengan Aras. Lala dan Zaky namanya. Sebelum kedatangan
Aras, kedua anak ini orangnya baik, tapi semenjak kedatangan Aras mereka jahat.
Mereka jahat kepada Aras karena ibunya selalu memuji, membanding-bandingkan
Aras dengan keduanya. Aras orangnya beginilah, begitulah, mereka sangat kesal
kepada Aras. Tiada kata tanpa Aras yang disebut oleh ibunya.
“Hei, mentang-mentang kamu pintar, rajin, jangan
seenaknya kamu mengambil hati ibuku ya”, kata Lala dengan sinis.
“Saya tidak pernah berpikir ataupun berniat untuk
ngelakuin itu kepada kamu” bela Aras.
“Walaupun kamu tidak berpikir maupun berniat seperti itu, tapi itu
kenyataan”, kata Lala lagi sambil menjauh dari Aras.
***
Sudah lima tahun Aras tinggal di rumah Ibu Annisa,
ia merasa tersiksa oleh kedua anak Ibu Annisa, tapi ia selalu bersabar demi
menggapai cita-citanya.
Rahman selalu memberi semangat kepada Aras, “Kata Walter P.
Chrysler, Rahasia sukses
sebenarnya adalah semangat, jadi tetaplah kamu semangat walaupun dunia menertawakanmu” nasihat
Rahman.
Aras mencamkan semua kata-kata yang didengar dari
Rahman.
“Aras....., cepat kesini,” perintah Lala. Aras dengan sigap menyimpan
buku-bukunya.
“Lama banget sih, kamu belajar lagi ? Apa kamu nggak bosan dengan
buku-buku itu ?”.
“Ini buku yang bagus, buku ini memberikan motivasi kepada saya untuk
selalu tetap bersemangat, berisi motivasi-motivasi dari para motivator, apa
kamu mau meminjamnya ?”.
“Gimana sih kamu, aku kan nggak ngerti tulisan itu, apa kamu menghina
aku?”, ketus Lala kesal.
“Maafkan saya, saya tidak bermaksud menghina kamu, baiklah kalau begitu
saya akan membacakannya untukmu”, sambil membuka kembali bukunya.
“Menginginkan yang pasti,tapi tak tahu apa yang harus kau lakukan. Engkau tahu kau harus lakukan
sesuatu, tapi tak ada jaminan masalahmu tak akan lebih memburuk. Ragu atau
yakin, pasti atau tidak, tetapi bertindak dengan niat memperbaiki keadaan, adalah
tetap yang terbaik. Salah saat mencoba
yang baik, adalah lebih mulia, daripada salah karena tak melakukan apa pun,
oleh Mario Teguh. Satu lagi dari beliau yaitu bagaimana cara belajar
yang baik? Mental kita itu juga seperti otot tangan atau kaki. Jika terlatih
dengan baik, otot kita menjadi kuat, cepat, dan bisa bertahan lama. Mental yang
jarang digunakan, memang akan melemah, dan mengutamakan istirahat. Yang
penting, bukan kerasnya upaya belajar.”
“Aahh, sudah, sudah, makin lama
makin panas nih kuping dengar ocehanmu”,
kata Lala sambil memonyongkan mulutnya.
“Kamu di sini tuh numpang, jangan
mentang-mentang kamu BUTA, kamu seenaknya saja, duduk santai, makan gratis,
tidur gratis, semuanya serba gratis trus kamu nggak ngapa-ngapain, cepat kamu
nyapu sana, terserah gimana cara kamu agar semua ruangan di rumah ini bersih,
kamu kan pintar jadi kamu tau dong gimana caranya”, perintah Lala. Kemudian
Zaky datang dengan membawa sapu untuk Aras dan melemparkannya ke Aras.
“Baik, saya tau diri kok, saya
numpang di rumah orang, jadi tidak seharusnya saya nyantai dan merepotkan”,
dengan suara lemah Aras berdiri dari tempatnya dan meraba dimana sapu tadi yang
dilempar oleh Zaky.
“Baguslah kalau kamu tau diri, tapi
ingat, jangan laporkan kejadian ini ke ibu saya,” kata Zaky.
“Baik”, jawab Aras.
***
“Baiklah kita mulai pelajaran hari
ini dengan pelajaran IPA, sebelum melanjutkannya, saya akan bertanya pelajaran
kita minggu lalu, bagaimana cara semut berkomunikasi dengan sesamanya ?, ayo,
siapa yang bisa menjawab ?”
“Saya bu guru”, Aras mengangkat
tangannya.
“Ok, Aras, silahkan”, perintah ibu
guru.
“Semut memiliki dua buah antena di
kepalanya. Antena digunakan untuk menyentuh, membau, dan merasakan getaran
bunyi. Semut berinteraksi dengan sesamanya menggunakan sentuhan antena. Semut
juga bisa berkomunikasi dengan semut lain melalui bau.” jawab Aras dengan
cepat.
“Jawaban yang sangat bagus, seratus
buat kamu”, kata ibu guru menilai jawaban Aras.
“Semuanya, buka bukunya, kita
lanjutkan pelajaran kemarin”.
***
Waktu istirahat Aras memanfaatkannya
dengan membaca buku motivasi untuk membangkitkan semangatnya kembali, walau
badai menerpa, petir menyambar ia tetap bersemangat.
Hasil yang
paling berharga dari semua jenis pendidikan adalah kemampuan untuk membuat diri
kita melakukan sesuatu yang harus kita lakukan, pada saat hal itu harus
dilakukan, baik kita menyukainya maupun tidak. Ini adalah pelajaran pertama
yang harus dipelajari, dan semua apa pun seseorang mulai belajar, pelajaran ini
mungkin pelajaran terakhir yang sungguh-sungguh dapat ia kuasai. (Thomas
Huxley).
Pendidikan bukanlah sesuatu yang diperoleh
seseorang,tapi pendidikan adalah sebuah proses seumur hidup. (Gloria Steinem).
Yang hebat didunia ini bukanlah tempat
dimana kita berada.Melainkan arah yang kita tuju. (Oliver
Wendell Holmes)
Arah yang diberikan pendidikan untuk
mengawali hidup seseorang akan menentukan masa depannya. (Plato)
Beberapa bulan lagi Aras akan
mengikuti ujian akhir sekolah, ini pertanda baik baginya. Pertama, ia akan
melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi. Kedua, Aras tidak akan
tersiksa lagi oleh kedua anak Ibu Annisa. Walaupun begitu, Aras tidak pernah
dendam terhadap keduanya. Tak terasa sudah enam tahun jauh dari orang tua. Aras
jadi kangen berkumpul sama keluarganya lagi, tapi ia harus bersabar, semuanya
butuh proses. Sesuatu yang kita kerjakan bukan hasil akhirnya yang dinilai tapi
bagaimana proses untuk mencapai hasil akhir. Meskipun hasil akhirnya kurang
menyenagkan, tapi kita sudah berusaha semaksimal mungkin.
***
Aras harus belajar lebih giat lagi untuk
mendapatkan nilai yang memuaskan diakhir ujian nanti. Ia tidak menyia nyiakan
waktu luangnya, ia memanfaatkannya sebaik mungkin. Tidak seperti anak-anak
lainnya, yang kerjaanya main terus. Tidak memikirkan bagaimana mereka
kedepannya.
Aras baru saja ingin belajar, tapi
Lala dan Zaky memanggilnya. “Aaraass, kemari kau” teriak Zaky.
“Ya, ada apa ?, ada yang bisa saya
bantu?” Aras menawari dirinya.
“Cepat kerjakan PR saya, semuanya
harus benar dan kalau ada yang salah kamu mendapat hukuman dari saya dan Lala,
INGAT kerjakan dengan benar”, perintah Zaky.
“Maaf, saya nggak bisa baca buku
kamu, saya Cuma bisa baca huruf braille”.
“Ok, saya yang membacakannya kamu
beri tahu jawabannya”.
“Dengar baik-baik, nomor satu, untuk
melestarikan jenisnya, makhluk hidup berkembang biak. Berkembang biak berarti
.....”, Zaky membacakan pertanyaan.
“Bertambah banyak”, jawab Aras.
Begitulah cara Aras menjalankan
tugas yang diberikan oleh Zaky. Zaky membaca pertanyaan, Aras yang menjawabnya.
***
Ujian akhir sekolah pun tiba, Aras
telah menyiapkan dirinya dengan matang. Dengan mudahnya ia menjawab soal, tak
ada yang sulit baginya. Ia pun sangat optimis akan lulus ujian dan ingin
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Pengumuman kelulusan pun tiba. Aras sangat bersyukur
karena ia lulus. Betul kata Walter P. Chrysler “Rahasia sukses sebenarnya adalah SEMANGAT”.
Aras sangat senang dan berterimakasih kepada Ibu Annisa karena sudah
diberi tempat tinggal selain di asrama sekolah. Ibu Annisa pun turut senang
mendengar dan melihat anak didiknya berhasil dan dengan semangatnya ia akan
melanjutkan sekolahnya.
Lala dan Zaky mulai sadar bahwa yang mereka lakukan selama ini tak ada
gunanya. Malah memberikan dampak yang tidak nyaman bagi Aras. Mereka berdua pun
meminta maaf satu sama lain.
“Aras, maafkan aku ya, aku telah menyiksa batinmu”, ujar Zaky.
“Aku juga Ras minta maaf atas perlakuan kasar aku ke kamu”, Lala juga
menyatakan penyesalannya.
“Ahhh, itu tidak masalah dan tidak sebanding apa yang kalian berikan
kepada saya, keluarga kalian ikhlas menampung saya, memberi makan, tempat tidur
nyaman dan fasilitas-fasilitas lainnya, terima kasih atas semua yang kalian
berikan kepada saya”.
Mereka saling berpelukan dan saling memaafkan. Lala dan Zaky sedih karena
sebentar lagi Aras akan pergi meninggalkan rumahnya dan tentu saja mereka
berdua.
***
“Assalamu ‘alaikum”, seseorang dari luar mengucapkan salam. Sepertinya
Aras mengenal suara itu. Aras melangkah dengan ringan menuju pintu dan ternyata
yang datang adalah ibunya. Aras dijemput oleh ibunya. Ia akan ke rumahnya yang
telah lama ditinggalkannya.
“Wa’alaikumsalam”, jawab Aras. “Silahkan masuk bu”.
“Terimakasih, bagaimana kabarmu nak ?”
“Alhamdulillah, Aras baik-baik saja”.
“Bagaimana dengan ibu, apa ibu baik-baik saja ?’
“Ya, Alhamdulillah, ibu juga baik”.
Ibu Annisa datang ditengah obrolan kedua ibu anak ini. Ibu Annisa
menyambut ibu Aras dengan hangat.
“Ibu Annisa, kami sekeluarga sangat berterima kasih kepada ibu yang telah
mendidik anak kami, tanpa ibu anak saya tidak ada apa-apanya di dunia ini
selain seorang tunanetra yang tidak dapat berbuat apa-apa”, kata ibu Aras.
“Wah ibu, jangan terlalu berlebihan seperti itu, itu sudah menjadi tugas
kami sebagai seorang guru, mendidik anak dengan baik khususnya anak-anak
berkebutuhan khusus seperti anak ibu”.
***